WARTAKEPRI.co.id, ANAMBAS – Nasib 5 pelajar SMP 6 Satu Atap (Satap) Desa Lingai, Kecamatan Siantan Selatan, Anambas, Kepri yang pompongnya tengelam pada 9 Desember 2021 lalu hingga kini belum dapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas.
Kepala Desa Lingai Iskandar saat dikonfirmasi mengatakan hingga saat ini yang mana sebelumnya diberitakan Warta Kepri pada tanggal 9 Desember 2021 yang lalu belum ada titik terang pasca tenggelamnya 5 siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai yang sempat tidak bisa ikut ujian sekolah itu.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kepulauan Anambas hingga saat ini belum ada tindakan terhadap bencana yang menimpa 5 pelajar tersebut.
Disampaikan oleh Iskandar Kepala Desa Lingai bahwa sampai saat ini belum ada perkembangan terkait bencana itu. “Belum ada perkembangan sampai saat ini,” kata Iskandar, Senin (17/1/2022).
Namun demikian, siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai hingga saat ini tetap melanjutkan sekolah dengan menggunakan transportasi milik nelayan setempat.
Mirisnya jika nelayan tersebut yang saat ini mengangkut 5 siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai tersebut pergi melaut/mencari ikan di laut, para siswa dan siswi kebingungan untuk mencari tumpangan pergi ke sekolah.
“Anak-anak tetap lanjut sekolah, saat ini anak-anak menggunakan Pompong nelayan, itu pun kalau pas nelayan tak ke laut, kalau pas ke laut anak-anak ke sekolah dijemput oleh saya sendiri,” katanya.
Sebelumnya cuaca di daerah yang dilalui oleh ke 5 siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai tersebut sempat ekstrem, namun saat ini cuaca sudah agak reda dan mendingan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Saat ini pompong pengangkut anak sekolah lebih besar dari pompong yang tenggelam,” ujarnya.
Iskandar berharap kepada pemerintah agar ada perhatian khusus terhadap pompong pengangkut anak sekolah yang tenggelam beberapa waktu yang lalu.
“Saya berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk segera memperhatikan kebutuhan anak-anak generasi penerus bangsa di ujung perbatasan Indonesia,” harapnya.
Bahkan dikabarkan bahwa sekarang Junaidi juru mudi pengangkut anak sekolah SMP 6 Satap Desa Lingai yang pompongnya tenggelam beberapa waktu yang lalu, telah membeli pompong baru untuk alat transportasi anak sekolah SMP 6 Satap Desa Lingai dengan cara berhutang atau meminjam uang kepada Bank BRI yang berada di Tarempa.
Hingga berita ini ditayangkan belum diketahui ukuran pompong yang dibeli Junaidi dan begitu juga dengan berapa besaran pinjaman dan setoran kepada pihak Bank BRI demi menyelamatkan 5 siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Kadisdikpora) Anambas, Asiah saat dikonfirmasi terkait pompong pengangkut siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai yang sampai saat ini belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah, membantah hal itu.
“Pompong pengangkut anak anak SMPN 6 Lingai tersebut tidak ada masalah, sama seperti pompong pengangkut anak-anak lainnya di masing-masing kecamatan. Pompong sudah berjalan dan sudah dibayarkan sejak tahun 2021 sampai dengan tahun sekarang, Alhamdulillah lancar-lancar saja,” kata dia.
Akan tetapi pengakuan dari Kepala Desa Lingai hingga saat ini belum ada perhatian pasca tenggelamnya pompong tersebut. “Informasinya tidak seperti itu,” kata Asiah membantahnya.
Sementara untuk anggaran yang dibayarkan untuk transportasi anak sekolah SMP 6 Satap Desa Lingai berkisar 20 ribu rupiah dan dibayarkan kepada 5 siswa dan siswi SMP 6 Satap Desa Lingai.
“Pembayaran angkutan anak dihitung per anak per hari, 1 anak dibayarkan sebesar 20 ribu rupiah, dan telah dibayarkan pada tahun 2021 yang lalu,” tutupnya. (rama)