WARTAKEPRI.co.id ANAMBAS – Belakangan ini pesanan batu kerikil lumayan banyak, karena adanya aktivitas pembangunan di Desa yang menggunakan Anggaran Dana Desa (ADD) yang ada untuk pembangunan dan ini merupakan berkah bagi pekerja sebagai pemecah batu.
Kegiatan memecah batu kerikil tersebut untuk mendukung kegiatan pembangunan dengan menjualnya kepada kontraktor pelaksana kegiatan di desa, diantaranya pembangunan pelantar beton, jalan setiap gang rumah warga dan bendung tempat sumber air.
Dalam waktu sehari, dirinya melakukan pecah batu berdua dengan menghasilkan sebanyak setengah kubik. Sementara, harga dijual sebesar Rp 500 ribu per kubik termasuk ongkir.
” Jadi selama dua hari bisa mengumpulkan satu kubik dan hasilnya dibagi dua. Masing-masing dapat Rp 125 ribu sehari. Hal ini tidak rutin dilakukan karena keterbatasan tenaga dan alat pemecah batu, namun bisa membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi bagi keluarga,” .
Usaha Stone Crusher (pemecah batu) di wilayah Anambas masih dilakukan perorangan yang tidak menggunakan PT, CV dan UD dalam aktivitasnya. Sementara itu, dalam pemasarannya pemilik usaha stone crusher bekerja sama dengan pihak Dinas PUPR Anambas untuk pembangunan jalan Favingisasi di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Penyampaian dari Rohimah (Perempuan Pemecah Batu di Desa Bayat, Kecamatan Palmatak) Seperti di Desa Bayat yang terpisah dari Desa lainnya dengan berada di pulau tersendiri di Kecamatan Palmatak yang banyak terdapat batu kerikil.
Sebagian besar masyarakat Desa Bayat merupakan nelayan tradisional yang hanya berkecukupan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dengan hampir 75 persen bekerja sebagai nelayan.
” Melihat kondisi sekarang musim utara awal tahun dan angin kuat maka kami bersama ibu-ibu rumah tangga lainnya melakukan pekerjaan sampingan memecah batu kerikil,”ucapnya.
Usaha batu ini kami kerjakan juga musim-musiman karena tergantung jika ada pemesanan. Seiring meningkatnya kebutuhan pembangunan, batu pun terus dibutuhkan di Anambas dengan memiliki potensi bebatuan yang terbilang besar.
Batu-batuan berhamparan di setiap tanahnya terutama di Pulau Siantan ini membantu kami untuk menafkahi kehidupan keseharian. Dirinya melakukan pecah batu berdua dengan menghasilkan per kubik per hari.
Sementara, harga dijual sebesar Rp 300 ribu per kubik belum termasuk ongkir, jadi selama satu hari bisa mengumpulkan satu kubik dan hasilnya dibagi dua yakni Rp 150 ribu per orang. Hal ini tidak rutin dilakukan karena keterbatasan tenaga dan alat pemecah batu.
Penyampaian dari Yudi (Pemecah Batu di Desa Antang, Kecamatan Siantan) mengatakan Dirinya bersama Deni sebagai pekerja pemecah batu perorangan yang tidak menggunakan Perseroan Terbatas atau Perseroan Komanditer dalam aktivitasnya dan telah bekerja selama 3,5 tahun. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kerikil adalah dengan memecahkan batu-batu besar.(Rama)