WARTAKEPRI.co.id, BATAM – Belasan warga dari berbagai pulau sekitar Kota Batam protes atas pelayanan pengambilan dana Kartu Indonesia Pintar di sejumlah bank di Kota Batam. Warga yang berasal dari Pulau Kasu dan pulau-pulau lainnya protes karena jarak pengambilan dana kartu pintar dari rumah ke bank di wilayah Batuaji menghabiskan dana hingga Rp 200 ribu an, padahal nilai dana kartu pintar kisaran Rp 225 ribu.
” Pemerintah memberikan anak kami kartu indonesia pintar. Namun, untuk mengambilnya terlalu sulit dan berbelit-belit. Sudah jauh dan menyeberang beberapa pulau, pas sampai di Batam untuk mengambil saja, kata pihak bank persyaratan ada saja dikatakan tidak lengkap. Kalau bolak balik lagi, dana yang diterima lebih besar dana transportasinya. Ini sudah tidak bagus kan,” ujar Siti Halizah, Warga Pulau Kasu, Jumat (24/6/2016) kepada WartaKepri via telepon.
Dijelaskan Siti, akibat banyak aturan pengambilan dan sangat detail, anaknya yang penerima Kartu Indonesia Pintar sudah dua periode tidak jadi mengambil.
“Ini kedua kalinya coba untuk ambil, tapi kembali gagal, karena kata pihak bank ada kurang nomor registrasi dari sekolah. Padahal, raport, surat keterangan dari sekolah dan lainnya keterangan anak juga kami bawa. Ternyata tidak bisa juga. Walau memang kami sadari, petugas bank melayani cuma dua orang saja, mestinya ditambah dong pelayanan karena kami orang pulau ini juga tergantung jadwal kapal juga baleknya,”ujar Siti lagi.
Ditambahkan warga lain, Ibu Nisa dirinya sejak pagi datang ke Batam. Setelah berkumpul lalu berlayar ke Batam.
” Kami berlayar lalu turun di pelabuhan dapur 12. Lalu ke Fanindo naik ojek dan dilanjutkan naik taksi. Banyak habis duit. Dan, setelah ditunggu pencairan ternyata ditolak karena ada kesalahan administrasi. Ini duit udah banyak habis,” keluh Ibu Nisa.
Kedua orang tua murid ini, baik Ibu Siti atau Ibu Nisa berharap pemerintah Kota Batam atau dinas terkait untuk datang ke salah satu pulau untuk membagikan dana Kartu Indonesia Pintar ini.
” Puluhan warga pulau harus ke kota Batam. Baiknya, orang bank yang datang ke salah satu desa terdekat dengan pulau kami, lalu dibagikan di sana. Pilih balai desa di Kasu atau desa pulau lain. Atau kalau bisa di sekitar Dapur 12 Batuaji,” Siti.
Sementara itu, Yusril dari LSM Barelang yang melihat rasa kecewa para orang tua murid ini juga menilai ada yang kurang maksimal dengan pemerintah kota.
” Pegawai bank ini kan mendapat insentif dari pemerintah pusat, harusnya Bank yang ditunjuk datangi mereka ke balai desa atau ke pulau tempat orang tua murid terdekat. Kasihan, bantuan pendidikan nilainya tidak sebanding didapat dengan ongkos transportasi yang dihabiskan untuk ke Bank di Batuaji dan sekitarnya,” ujar Yusril.(dedy)