WARTAKEPRI.co.id , NATUNA – Angin malam terasa teduh menyentuh kulit. Cahaya lampu warna-warni nampak meriah di sebuah pujasera yang berada di bilangan Jalan Kartini-Air Kubang, Ranai. Sebuah lokasi yang enak untuk bersantai. Meja-meja berjejer rapi ditemani cahaya lampu temaram.
Saat pelayan datang, mereka akan menyajikan daftar menu makanan dan minuman seperti jus, teh, kopi yang pas untuk disantap. Apalagi penat aktivitas siang masih menggelayuti tubuh dan pikiran.
Di ruangan terbuka itu juga ada layar yang bisa dipakai para keluarga untuk berkaraoke atau rekan-rekan kerja sejawat. Sangat cocok menjamu teman-teman bisnis. Masing-masing kita bisa request tiga lagu, secara bergantian. Operator akan menjalankan kertas request ke setiap meja. Sambil makan kita bisa menikmati lagu yang dinyanyikan pengunjung.
Perut kenyang, bakat untuk tarik suara pun serasa tersalurkan. Malam semakin larut. Tiba-tiba saja beberapa wanita berpakaian minim lewat dan masuk ke belakang pujasera. Nampaknya memang mereka sudah disiapkan untuk warna dress yang sama di hari itu. Serba merah.
Ternyata dibelakang pujasera ini ada bangunan lain yakni room VIP. “Maaf mas, untuk musik di luar sampai jam 11 aja, (pukul 23.00 WIB), kalau mau nyambung nyanyi pesan VIP aja di belakang,” ujar pelayan berpakaian baju batik tadi.
Tak ayal rasa penasaran pun muncul. Pasalnya dibalik bangunan tadi, melintas sekilas hiburan cuci mata para wanita berpakaian seksi tersebut.
Ada beberapa opsi pilihan, room kecil dengan paket 3 jam seharga Rp 500 ribu atau room besar dengan paket 3 jam seharga Rp1.500.000,-
Seorang kawan pengusaha fotokopi di Ranai, sebut saja namanya Apek menawarkan kami untuk karaoke bersamanya.
“Ayo kalau mau, kita masuk saja room besar. Pesan minum atau cewek silahkan,” ujar Apek.
Memenuhi rasa penasaran tadi, kami pun mencoba menerima ajakan Apek. Room besar dipersiapkan pemilik pujasera tadi. Kita ditunjukkan jalan menuju ruangan tersebut VIP. Ada bangunan lain dibelakang.
Ruangan yang sejuk dengan tempat duduk empuk. Di depannya ada TV LCD 42 inci layaknya karaoke pada umumnya. Namun menariknya, para pemandu lagu berpakaian kompak serba merah tadi langsung dihadirkan berbaris.
Mereka berjejer satu persatu dan dihidangkan layaknya makanan bagi para tamu karaoke. “Maaf bang pilih saja. Kalau tidak sesuai kriteria kita bisa kontek freelance dari luat,” ujar operator ruangan tadi.
Satu per satu teman-teman Apek lainnya memilih wanita yang ingin mereka ditemani selama berkaraoke. Namun beberapa lainnya, justru menolak. Mereka menganggap tidak sesuai kriteria. Ada sekitar 8 orang yang masuk room.
“Saya kontek kenalan saya aja, yang mahasiswi itu,” kata Yono, teman Apek.
Waw, seorang mahasiswi di Ranai ternyata ada juga yang menjadi freelance. Memang iya, gadis berambut panjang dan berwajah bulat sedikit oriental itu pun nampak datang setelah dipanggil pria tadi.
Nampak dari luar berpakaian rok di atas lutut dan berjaket. Saat di dalam ruangan tersebut wanita ini pun langsung membuka jaketnya menyisikan tanktop bertali hijau.
Lagu mulai diputar. Suasana semakin malam semakin panas. Para tamu tadi sudah mulai mabuk, mereka pun kemudian tidak peduli dengan lagu apa yang diputar. Mereka hanya nampak sibuk dengan berbagai adegan dengan para wanita yang menemani mereka.
Karaoke berakhir, para wanita tadi pun membubarkan diri. Mulai dari minuman keras seperti Jack Daniels dan merk lainnya yang dipesan habis.
Usai pesta hura-hura malam itu. Tiba-tiba saja pemilik usaha tersebut menyodorkan bill dengan angka Rp6 juta lebih. Di bill itu juga tertera nama-nama-nama wanita yang dipesan tadi dengan tarif 1 jam 500 ribu.
Luar biasa, mereka seperti barang yang diperjual belikan. Persentasenya dibagi dengan pengelola karaoke. Untungnya Apek pengusaha berdompet tebal. Semalam bisa menghabiskan Rp6 juta lebih.
Pemandangan ini memang menjadi hal biasa dan tidak cuma di satu tempat ini saja. Bayangkan keuntungan yang didapat dari usaha ini. Semalam diperkirakan pengusaha tadi menuai omset Rp20 juta.
Apakah tempat tadi ada izin tempat hiburannya? Dan adakah pemasukan untuk daerah dari usaha jasa hiburan ini? Pemilik juga menyertakan tarif untuk wanita tadi. Mereka menyebutnya tarif jasa.
Salah seorang sumber di sekitar lokasi meyakini tempat seperti itu tidak berizin. “Paling itu izin rumah makan saja (pujasera), kalau izin hiburannya nggak ada. Lagian nggak satu kok yang seperti itu di Ranai, mana ada pajaknya,” kata warga tadi.(*)
Sebuah Catatan
Pemerhati Sosial Masyarakat Natuna