Tiket Pesawat Mahal, Perantau Minang Pulang Basamo Lebaran Lewat Darat

HARRIS BARELANG

WARTAKEPRI.co.id, PADANG – Empat organisasi perantau Minang telah menyatakan akan pulang basamo atau mudik bersama lewat jalur darat menggunakan bus dan ribuan kendaraan pribadi pada Lebaran 2019. Dua perusahaan bus terbesar di Ranah Minang, yakni NPM dan ANS juga sudah menyiapkan armadanya untuk melayani para perantau.

“ Sekarang baru empat, menjelang libur Lebaran akan makin banyak. Kami terus jalin komunikasi dengan organisasi perantau seluruh Indonesia,” kata Kepala Biro Kerjasama Pembangunan dan Rantau Sumbar Luhur Budianda di Padang, Jumat.

Empat organisasi itu, katanya, masing-masing Sulik Air Sepakat (SAS), Ikatan Keluarga Kamang Barat (IKKB), Nagari Koto Aur Malintang Padang Pariaman dan Ikatan Keluarga Kamang Saiyo.

Luhur memprediksi jumlah perantau yang pulang basamo lewat jalur darat tahun ini akan meningkat cukup signifikan yang dipengaruhi oleh mahalnya harga tiket pesawat.

Khusus SAS saja, kata dia, sudah melaporkan akan pulang basamo dengan 1.000 unit mobil. Belum lagi organisasi lain dan yang pulang secara pribadi.

Hal itu, ujarnya, merupakan peluang ekonomi sekaligus juga tantangan berat bagi masyarakat dan pemerintah daerah di Sumbar, tergantung bagaimana mengelola dan kesiapan di daerah.

Ia meyakini bahwa perekonomian masyarakat sepanjang jalan lintas Sumatera dari Dharmasraya, Sijunjung, Sawahlunto, Solok, Padangpanjang, Tanah Datar akan bergerak, jika bisa memanfaatkan momentum itu dengan baik. Pedagang kuliner diprediksi paling diuntungkan meski sebagian besar hanya untuk sahur, berbuka dan istirahat malam, katanya.

Tempat peristirahatan atau rest area akan menjadi kebutuhan mutlak bagi rombongan perantau dan menjadi titik interaksi bagi sektor perdagangan. Selain itu, katanya, daerah tujuan wisata yang berada dekat di pinggir jalan lintas juga bisa menjadi pilihan rombongan perantau untuk berhenti melepas penat sejenak.

Namun jika pengelolaan tidak baik dan memunculkan banyak “pasar tumpah” yang mengakibatkan macet berjam-jam, ditambah lagi pengaturan lalu lintas tidak maksimal, keamanan serta kebersihan tidak terjaga, mudik bersama bisa dirasakan bagai “neraka” bagi perantau.

“Hal ini malah bisa menjadi faktor yang membuat perantau nantinya malas untuk pulang kampung, karena waktu banyak habis di jalan karena macet,” kata Luhur.

Menurut dia, hal itu akan sangat merugikan karena potensi yang dibawa perantau pulang basamo itu sangat besar, yakni silaturahim, “transfer” pengalaman hingga perputaran uang yang mencapai triliunan rupiah.

“Mari kita siapkan semua dengan baik agar pulang basamo terus menjadi tradisi yang menyenangkan di Sumbar,” katanya.

Direktur PT NPM Angga Vircansa yang juga pemilik Bus NPM dan Vircansa sudah menyiapkan 85 armada bus untuk melayani masyarakat Minang bepergian dari kampung maupun dari rantau, seperti ke Jakarta, Bandung, Medan, Jambi dan lainnya.

Bahkan NPM juga memiliki armada baru sebanyak 10 unit. Harga tiket normal bus NPM ke Jakarta Rp450.000 dan ke Bandung Rp450.000. “Sejak tiket pesawat mahal, kita seprti lebaran kecil terus. Setiap berangkat, bus terisi penuh,” katanya beberapa waktu lalu.

Sementara itu Kadis Pariwisata Sumbar Oni Yulfian melalui Kabid Destinasi Doni Hendra mengatakan bahwa saat ini sejumlah bus tiketnya juga sudah dijual online. Diharapkan keberadaan angkutan bus dapat menopang pariwisata Sumbar, di tengah-tengah mahalnya harga tiket pesawat.

Industri oleh-oleh Sumatera Barat, seprti kuliner dan kerajinan ikut terdampak akibat mahalnya harga tiket pesawat. Jumlah wisatawan yang berkunjung turun, demikian juga dengan orang-orang non wisatawan yang bepergian dengan pesawat udara juga turun drastis. “Penurunan omset pedagang oleh-oleh bahkan mencapai 50 persen,” sebutnya. (tempo/ant/erz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

GALERI 24 PKP PROMO ENTENG